Antara Perluasan Jurusan dan Kualitas Pendidikan: Sebuah Catatan Kritis Mahasiswa
Dalam dinamika perkembangan perguruan tinggi, penambahan program studi baru kerap dianggap sebagai langkah maju yang membanggakan. Baru-baru ini, muncul kabar mengenai rencana penambahan jurusan baru di kampus kita, yaitu Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Sebuah kabar yang tentu terdengar menggembirakan di permukaan. Namun, bagi sebagian mahasiswa, kabar ini justru memunculkan kekhawatiran yang patut dipertimbangkan bersama.
Pertama, muncul pertanyaan mendasar:
"Apakah penambahan jurusan baru ini diiringi dengan peningkatan kualitas pengajaran dan kurikulum di jurusan-jurusan yang sudah ada?"
Sebab, realita di lapangan menunjukkan bahwa beberapa jurusan yang telah lebih dulu berdiri pun masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari keterbatasan tenaga pengajar hingga kualitas kurikulum yang belum sepenuhnya adaptif terhadap kebutuhan industri. Jangan sampai semangat ekspansi justru membuat perhatian terhadap perbaikan internal menjadi teralihkan.
Kedua, isu fasilitas juga menjadi sorotan. Dengan bertambahnya jurusan, tentu jumlah mahasiswa akan semakin meningkat. Pertanyaannya,
"Apakah kampus telah siap secara infrastruktur untuk menampung dan mendukung proses belajar-mengajar yang nyaman dan berkualitas?"
Sebab kenyamanan fasilitas bukan sekadar soal bangunan fisik, melainkan juga mencakup ruang diskusi, laboratorium yang memadai, akses terhadap literatur, serta layanan pendukung lainnya. Kekhawatiran ini wajar, mengingat beberapa fasilitas saat ini pun masih dinilai kurang optimal oleh sebagian mahasiswa.
Opini ini bukanlah bentuk penolakan terhadap kemajuan, melainkan seruan agar langkah ke depan dilakukan dengan perencanaan yang matang dan menyeluruh. Kemajuan bukan sekadar soal kuantitas, tapi juga kualitas. Mahasiswa berharap bahwa pengembangan institusi tetap berlandaskan pada kebutuhan nyata dan kesiapan menyeluruh, bukan semata-mata pencapaian administratif.
Semoga pihak kampus, melalui forum-forum komunikasi seperti Tim UKM Risalah Maritim dan perwakilan mahasiswa, dapat menyampaikan dan menindaklanjuti suara-suara kritis seperti ini. Karena sejatinya, pembangunan kampus yang sehat adalah yang tumbuh bersama suara dan kebutuhan warganya.
