Mental health setiap orang berbeda
Sebelum kita membahas mengenai judul dari tulisan ini kita harus sama-sama tau dulu apasih pengertian dari mental health. Nah, Menurut Pieper dan Uden dalam Alifiya (2016), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Aku disini mau bahas soal beberapa pendapat orang – orang tentang mental health. Beberapa orang berpendapat rusaknya mental seseorang di karenakan kurangnya iman dalam diri orang tersebut, tapi jujur menurut ku itu tidak sepenuhnya salah dan bukan sepenuhnya benar. Logikanya gini, saat kita menuntut hak kita harus melakukan kewajiban kita dengan benar dan sepenuh hati, bukan? Ya begitulah kira-kira saat kita menghubungkan apa yang di maksud orang-orang mengenai rusaknya Kesehatan mental karena kurang iman. Mungkin, orang tersebut merasa kurang dihidupnya karena dia kurang beribadah kepada Tuhan. Bisa saja di kurang bersyukur atas apa yang Tuhan beri dalam hidupnya, dan semua itu adalah kemungkinan yang kita bahas dalam pendapat orang – orang mengenai rusaknya Kesehatan mental karena kurang iman, tapi sebenarnya itu bukan menjadi tolak ukur seseorang dalam mengecek Kesehatan mentalnya.
Beberapa teman ku sering memposting setiap kondisi yang di alami di hidupnya, istilahnya dia seperti memberi tahu dunia bahwa “inilah kondisi ku saat ini, lihat aku!” baik dalam kondisi senang maupun sedih, tapi sering kali ia memposting kondisinya saat ia sedang bersedih. Teman- teman ku yang lain tidak sedikit pula yang mengomentari setiap postingan teman ku ini, beberapa ada yang iba ada juga yang komentar kurang menyenangkan. Beberapa temanku yang lain mengomentari soal postingannya itu, “halah, gitu aja lebay!” “masa gitu aja di posting!” kurang lebih seperti itu. Kembali lagi ke pembahasan awal, bahwa mental setiap orang berbeda-beda, kita tidak bisa menyamaratakan metal kita dengan orang lain, mungkin yang menurut kita berlebihan, alay, lebay bagi orang lain bisa jadi menjadi titik lemahnya, dimana dia butuh dukungan untuk itu. Begitu juga kita, kita mungkin bisa mengomentari setiap tindakan yang mereka lakukan, tapi jika di balikkan posisinya, kita ada di posisi mereka apakah kita yakin bahwa kita akan kuat seperti yang ada di pikiran kita atau akan lemah seperti yang kita lihat pada mereka? Semua itu bisa di buktikan jika kita ada di posisi mereka, bukan di posisi kita sekarang, karena faktanya kita tidak akan tau apa yang benar-benar dirasakan seseorang jika kita belum mencoba di posisi mereka.
Generasi sekarang tentunya sudah tidak asing mengenai mental health atau Kesehatan mental, banyak yang menghubungkan gangguan mental health kearah depresi, padahal faktanya lebih dari itu. Tapi kita akan membahas sedikit tentang depresi saja. Sejujurnya aku ga ahli dalam bidang psikologi tapi aku suka, hanya sekedar suka. Dan sejauh ini belum mendalaminya. Yang aku tau depresi terjadi karena adanya tekanan batin yang dirasakan seseorang dalam hidupnya, baik dari lingkup manapun dan apapun. Contohnya, banyak kasus mengenai orang-orang yang bunuh diri karena kasus percintaan, pertemanan, bahkan keluarga. Awalnya orang yang mengalami gangguan Kesehatan mental tidak langsung depresi, pasti mereka mengalami beberapa tahap, contohnya mungkin mereka akan mengalami gangguan kecemasan, overthingking dan sebagainya dan berujung depresi dan mengambil keputusan untuk bunuh diri. Jujur aku sangat menyayangkan hal tersebut, jika mereka tidak mengambil keputusan itu mungkin Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk mereka di kemudian hari, tapi balik lagi, kita tidak akan tau apa yang dirasakan seseorang jika kita tidak ada di posisi mereka. Mungkin keputusan itu adalah akhir dari permasalahannya.
Menurut ku setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, seperti yang orang-orang katakan, Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada hambanya di luar batas kemampuan hambanya, dan kita harusnya meyakini itu, bahwa setiap permasalahan yang tengah kita hadapi sekarang pasti sudah diatur di batas kemampuan kita dan Tuhan percaya kita mampu melewatinya.
Orang- orang yang mengalami gangguan mental akan sering terlihat menyendiri dan murung, isi kepala mereka dipenuhi oleh masalah yang mereka hadapi, dan ga sedikit juga yang menutupi masalah mereka dengan berbaur dengan orang ramai dan memasang wajah gembira tanpa masalah padahal isi otaknya penuh dengan kekacauan.
Beberapa orang tersebut mungkin memiliki cara mereka sendiri untuk tetap waras di tengah masalah yang tengah di hadapinya, beberapa dari mereka mungkin akan memilih memendam masalahnya sendiri dan tidak memperbincangkannya dengan orang lain, tapi ada juga yang memilih untuk membicarakan masalahnya dengan sahabatnya, berharap sahabatnya mampu memahami masalahnya dan memberikan solusi untuk masalahnya. Dan ini dia, saat kita menceritakan masalah kita dengan orang lain, kita harus pandai memilih dengan siapa kita akan membahas ini, karena beberapa orang ada yang hanya kepo bukan benar-benar peduli, kita juga pastikan bahwa orang yang kita ajak bicara nanti bukan orang yang membandingkan masalah kita dengan masalahnya, istilah jangan sampai kita malah akan membahas masalah kita dengan orang yang mendang- mending.
“Alah, kamu mending begitu, aku gini-gini…..” kurang lebih begitu. Dan pastikan hal itu tidak terjadi, karena jika itu terjadi tentu akan membuat masalah baru untuk kita sendiri.
Dulu aku juga termasuk orang yang suka mempermasalahkan tiap masalah dalam hidupku, aku suka membandingkan kenapa ya orang-orang enak banget hidupnya dan segala macam halnya sampai aku sadar hal itu akan memicu rusaknya mental health ku, kenapa bisa begitu? Ya aku pikir, berpikir seperti itu akan berakibat aku menjadi overthingking untuk hal-hal yang ga guna, lebih baik aku berpikir untuk membahagiakan diriku sendiri dengan mensyukuri atas apa yang telah Tuhan beri untuk hidupku. Dengan mensyukuri semua pemberian Tuhan aku merasa hidupku lebih dari cukup dari yang aku pikirkan dulu, seolah masalah hidupku bisa ku lewati dengan mudah.
Inti dari tulisan ini sebenarnya singkat, aku hanya mengingatkan kita semua untuk jangan mudah mengomentari hidup orang lain dengan komentar yang buruk karena bisa saja dari komentar tersebut mengakibatkan orang mengalami gangguan Kesehatan mental. Dan jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri dalam hidup kita.
Salah satu mahasiswa yang menikmati libur semesternya dengan menulis.