Sabtu, 2 Agustus 2025
Kesehatan / Rabu, 7 Mei 2025
Oleh: Aurel jihan fahristy

foto by RM

Di tengah tumpukan jadwal kuliah, tugas yang datang bertubi-tubi, tanggung jawab organisasi, hingga tekanan dari media sosial, kita kadang merasa seperti sedang berlari tanpa garis akhir. Tubuh terus bergerak, tapi pikiran terasa penuh, hati terasa sesak. Di sinilah pentingnya menjaga kesehatan mental, bukan hanya agar kita bisa "bertahan", tapi agar kita tetap menjadi versi terbaik dari diri kita. 

Banyak orang menganggap kesehatan mental hanya soal "jangan stres", padahal jauh lebih luas dari itu. Ia adalah tentang bagaimana kita memahami emosi, mengelola tekanan, merasa terhubung dengan diri sendiri dan orang lain, serta punya ruang untuk bernapas di tengah hiruk-pikuk hidup. Sayangnya, kesehatan mental sering jadi hal terakhir yang kita juga kalah oleh urgensi deadline dan ekspektasi orang lain. 

Salah satu langkah awal yang sederhana tapi berdampak adalah dengan menyadari kapan tubuh dan pikiran mulai memberi sinyal: mudah tersinggung, sulit fokus, kehilangan semangat, atau bahkan merasa asing dengan diri sendiri. Sinyal-sinyal ini bukan untuk diabaikan, tapi didengarkan. Mengabaikannya hanya akan membuat beban menumpuk dan akhirnya meledak dalam bentuk kelelahan mental yang berat. 

Meluangkan waktu untuk pause bukan berarti kamu lemah atau malas. Bahkan 15 menit untuk sekadar menarik napas dalam-dalam, berjalan santai di luar ruangan, atau menuliskan isi pikiran bisa menjadi jeda yang menyelamatkan. Ini bukan tentang durasi, tapi tentang memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasa. 

Selain itu, penting juga untuk membatasi interaksi yang melelahkan. Bukan berarti kamu harus menjauh dari semua orang, tapi belajar mengenali mana yang memberi energi, dan mana yang menguras. Terkadang, batasan adalah bentuk kasih sayang kepada diri sendiri. 

Di sisi lain, jangan ragu untuk terhubung. Berbagi cerita, sekadar ngobrol ringan, atau mencari bantuan profesional bukanlah tanda bahwa kamu "tidak kuat". Justru itu menunjukkan keberanian untuk pulih. Banyak kampus dan komunitas yang kini membuka layanan konseling atau ruang diskusi yang aman—dan itu bisa jadi tempat pertama untuk merasa didengar. 

Kesehatan mental juga sangat dipengaruhi oleh hal-hal dasar yang sering kita abaikan: tidur cukup, makan bergizi, dan punya rutinitas yang seimbang. Terdengar sederhana, tapi efeknya luar biasa. Pikiran yang stabil sering kali dimulai dari tubuh yang terurus. 

Dan terakhir, jangan merasa bersalah jika kamu tidak bisa produktif setiap waktu. Manusia bukan mesin. Ada hari di mana kamu bisa berlari cepat, tapi ada juga hari di mana berjalan pelan saja sudah cukup. Merawat diri bukan bentuk kemunduran, tapi landasan untuk terus maju dengan lebih sadar. 

Menjadi sehat mental bukan berarti hidup tanpa masalah, tapi punya cukup kekuatan dan kesadaran untuk menghadapinya dengan bijak. 
Di tengah rutinitas yang padat, sempatkanlah untuk hadir untuk diri sendiri. Karena kalau kamu tidak menjaga dirimu, siapa lagi? 

Newsletter

Ingin tahu perkembangan berita, artikel, opini dan karya sastra dari kami? Drop email anda untuk berlangganan

Keamanan email anda menjadi prioritas keamanan kami

Risalah Maritim

Ingin baca cerita inspiratif, berita terupdate dan karya menarik? Kami hadir untuk mendorong literasi di kalangan muda

Tautan Cepat

Logo UKM dan Universitas

Logo UKM Jurnalistik Risalah Maritim Logo UMRAH

© 2024 Risalah Maritim. Developed by Aidil Baihaqi