Bayang Kelam Masa Silam
Di sudut kamar yang sepi, terdiam resah,
Kenangan kelam datang menyapa lagi.
Hati ini bergetar, luka pun merekah,
Saat bayang masa lalu tak pernah pergi.
Di setiap malam, hening sunyi menjelang,
Terdengar bisik-bisik pilu dari jauh.
Memori pahit, perih kian mengerang,
Menghantui jiwa yang rapuh dan jenuh.
Langit malam seakan menangis sedih,
Ketika ingatan suram kembali hadir.
Mengukir cerita getir di sudut batin,
Menciptakan lara yang tak kunjung mungkir.
Setiap sudut kota, jejak masa lalu,
Mengingatkan pada duka yang tersimpan.
Di antara lampu dan bayang semu,
Terpampang jelas wajah-wajah menekan.
Tak terhapus meski waktu terus berjalan,
Setiap detik kembali membuka luka.
Dalam diam, ku terperangkap sendirian,
Merintih lirih, berteman dengan duka.
Di atas kertas kusam, kutulis kisah ini,
Harapan hilang di telan kegelapan.
Semua kenangan, terekam dalam diri,
Berputar tanpa henti dalam kesepian.
Mimpi buruk, hadir di setiap tidur,
Menghantarkan pesan dari masa silam.
Setiap detik adalah perjuangan getir,
Melawan bayang kelam yang selalu diam.
Di bawah bintang, ku mohonkan harapan,
Agar masa lalu lekaslah menghilang.
Namun sayang, semua hanya angan,
Kenangan buruk, tetaplah membayang.
Hidup adalah serangkaian perih dan luka,
Meski ku berusaha melupakan segalanya.
Kenangan itu tetaplah nyata,
Mengukir duka dalam setiap langkah.
Bayang kelam, biarlah kau berlalu,
Tinggalkan diriku dalam kedamaian.
Namun, harapanku tetap tak bersua,
Karena masa lalu terpatri di ingatan.
Mencoba tersenyum di balik air mata,
Menyembunyikan perih yang teramat dalam.
Di balik senyum, ada hati yang terluka,
Menggenggam erat memori kelam.
Malam kian larut, kesunyian menggema,
Menyatu dengan resah yang tak terkatakan.
Hanya doa, semoga semua sirna,
Membawa damai dalam kehidupan.