Mengukir Jejak : Cerita Kita Di SMA 14 Batam
Pagi yang cerah menyapa kita saat tiba di sekolah. Suara gong berbunyi nyaring menandakan dimulainya upacara bendera di lapangan. Semua siswa berbaris rapi, tapi sepertinya tidak ada yang bisa menahan tawa ketika Pak Ilyas, kepala sekolah yang terkenal konyol, mulai berpidato. “Kalian tahu, setiap tahun kita harus membayar iuran OSIS. Tapi, ingat ya, bayar sebelum ujian, jangan sampai duitnya dipakai beli snack!” Semua siswa tertawa, termasuk aku, Syafiq, yang berdiri di sebelah Afifah dan Chairul.
Setelah upacara selesai, kelas pertama kita adalah Matematika bersama Bu Rina. “Hari ini kita akan belajar tentang trigonometri! Siapa yang bisa menjelaskan apa itu sinus?” tanya Bu Rina. Tiba-tiba, Chairul mengangkat tangan dengan percaya diri. “Sinus itu... umm, seperti jalanan yang berliku!” Semua terbahak. “Salah, Cu!” teriak Arjuna dari belakang.
Beralih ke pelajaran olahraga, kita langsung menuju lapangan. “Hari ini kita main basket, ya!” teriak Alfian. Semangat berapi-api membuat semua siswa berlari ke lapangan, termasuk Wahyu dan Putra yang langsung beradu argumen tentang siapa yang lebih jago. “Gue pasti bisa dunk, loh!” kata Wahyu. “Dunk? Coba aja deh, pasti nggak bisa!” balas Putra.
Usai olahraga, kita semua berkumpul di kantin untuk makan siang. “Guys, rencanakan jalan-jalan ke Nagoya yuk!” ajak Suci. “Bisa main bowling dan makan enak!” “Eh, tapi uang jajan kita terbatas, ya!” kata Nurika cemas. “Tenang aja, kita bisa patungan!” jawab Alfian dengan semangat.
Hari Sabtu tiba, dan suasana sangat seru! Kami berkumpul di depan sekolah, bersiap untuk petualangan di Nagoya. “Naik bus yuk! Jangan sampai ketinggalan!” teriak Mery. Di dalam bus, tawa dan nyanyian mengisi suasana. Setelah sampai di Nagoya, semua langsung menuju tempat bowling. “Siapa yang paling jago di sini?” tanya Raden. Setiap kali seseorang melakukan strike, sorakan pun pecah.
Setelah seru-seruan bowling, kami lanjut makan di restoran. “Ini baru namanya makanan enak!” kata Hilmi sambil menikmati sushi. “Kita harus lakukan ini lagi, ya!” Di tengah makan, Claudia dan Raihan memutuskan untuk membuat permainan tebak-tebakan. Semua bersemangat, dan tawa mengalir deras saat permainan berlangsung.
Setelah perayaan kecil itu, kami berjalan-jalan di sekitar Nagoya. Saat hari mulai gelap, kami kembali ke sekolah dengan banyak cerita untuk dibagikan. “Jangan lupa foto-foto kita!” kata Tegar. Minggu-minggu berlalu, dan tiba saatnya ujian akhir. Semua siswa merasakan tekanan.
Setiap hari, kami berkumpul untuk belajar. “Ayo, kita review pelajaran bareng!” usul Nurul. Hari ujian tiba, semua siswa mempersiapkan diri. Ketika hasil ujian diumumkan, suasana tegang melanda. Ketika nama-nama terpampang di papan pengumuman, sorakan pecah. “Ayo, kita lulus!” teriak Akmal.
Perayaan kecil pun dilakukan di sekolah. Semua berkumpul di lapangan, merayakan keberhasilan bersama. “Kita harus merayakan kelulusan di pantai!” seru Novia. Saat hari H tiba, kami bersiap-siap. “Jangan lupa bawa makanan dan permainan, ya!” kata Nurika. Di pantai, suara ombak dan tawa mengisi suasana.
“Kita harus bermain voli!” seru Indah. Setelah bermain, kami berkumpul untuk makan. “Ini adalah momen yang tidak akan terlupakan!” ujar Nanda sambil menggigit burger. Dengan latar belakang laut biru dan matahari terbenam, kami berpose dan tertawa. “SMA 14 Batam, tempat kita mengukir jejak!” ucap Alif.
Ketika kita berpisah, ada harapan di hati. “Tidak peduli ke mana kita pergi setelah ini, kita akan selalu menjadi bagian dari satu sama lain,” kata Ririn. Kisah kita di SMA 14 Batam adalah tentang persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Setiap momen, tawa, dan kenangan akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup kita.
Satu malam, setelah kelulusan, kami berkumpul di rumah Ririn untuk merayakan. “Ayo kita buat waktu ini lebih spesial!” seru Ririn, sambil menyajikan berbagai camilan. Di tengah perayaan, Raden berdiri dan mengambil alih suasana. “Ayo, kita buat permainan nostalgia! Setiap orang harus bercerita tentang momen favorit mereka di SMA!”
Waktu berlalu dengan cepat, hingga saatnya bagi kita untuk berbagi harapan dan cita-cita. “Aku ingin melanjutkan kuliah di luar negeri,” kata Febby. Ketika malam semakin larut, banyak di antara kami yang mulai merindukan momen-momen indah di SMA.
Hari-hari berlalu, dan satu per satu dari kami melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Wahyu terpilih di fakultas kedokteran, Agung melanjutkan ke teknik, sementara Safna mengambil jurusan seni. Masing-masing dari kami memiliki jalan sendiri, tetapi satu hal yang pasti: kami akan selalu saling mendukung.
Suatu hari, saat aku sedang menunggu bus di kampus, aku melihat Raden dan Nurika datang. “Eh, Syafiq! Ayo kita ke kafe, ada yang ingin kita bicarakan!” Di kafe, mereka menjelaskan rencana reuni. “Kita harus berkumpul lagi! Apalagi setelah kita lulus, banyak cerita baru yang bisa dibagi!” kata Nurika dengan semangat.
Akhirnya, setelah beberapa minggu, hari reuni pun tiba. Kami berkumpul di taman sekolah, dan suasana riuh kembali terasa. “Kalian semua nggak berubah!” seru Ririn sambil melihat semua wajah familiar. Agung sudah membawa bola untuk bermain. “Ayo, kita main lagi!” serunya.
Perayaan reuni ini adalah bukti bahwa meskipun waktu berlalu, ikatan persahabatan kami tetap kuat. SMA 14 Batam, tempat di mana kita mengukir jejak bersama, akan selalu menjadi kenangan terindah dalam hidup kita. Mari kita teruskan cerita ini ke babak berikutnya, dengan harapan dan cita-cita yang baru!